Beberapa tahun yang lalu sebelum menjadi konsultan di bidang rekrutmen, saya tidak terlalu peduli kalau ada rekan yang berkeluh-kesah ketika sedang menjalani proses rekrutmen di sebuah perusahaan.
Namun kini setelah saya berkecimpung di bidang rekrutmen dan mencoba mengingat-ingat kembali, ternyata kebanyakan rekan-rekan yang berkeluh kesah kala itu memiliki sebuah kesamaan, mereka rata-rata berharap dalam proses rekrutmen tersebut tidak ada tahapan psikotes yang mesti dilalui.
Psikotes, psikotest, psychometric test, psychological assessment, atau dengan istilah apapun orang menyebutnya, harus diakui seakan-akan menjadi sebuah momok yang menakutkan dalam sebuah proses rekrutmen. Banyak orang yang merasa bahwa kesempatan untuk bekerja di perusahaan idaman menjadi sirna ketika harus menjalani psikotes dan akhirnya gagal dalam tahapan tersebut.
Saya akui saya bukan berprofesi sebagai psikolog (meskipun Insya Allah tahun ini juga akan memulai kuliah S2 di Program Magister Psikologi Terapan), jadi kali ini saya ingin membatasi cakupan tulisan dengan membahas psikotes ini dari sisi seorang recruiter yang kebetulan memahami esensi dan tujuan dari pelaksanaan sebuah psikotes.
Kalau mengacu pada pemahaman secara bebas, sebetulnya psikotes dimaksudkan untuk mencari orang dengan karakteristik tertentu yang dirasa tepat untuk mengisi sebuah posisi di perusahaan dan kemudian orang tersebut diharapkan sanggup menjalankan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan hasil terbaik.
Nah, kalau dibaca sekali lagi dari paragraf diatas, ada dua hal yang harus diperhatikan. Pertama adalah menyangkut soal karakter. Kedua adalah menyangkut soal kinerja.
Dua hal ini saling berkaitan karena dari sononya setiap orang memang memiliki karakter kepribadian yang berbeda dan membuatnya memiliki preferensi pekerjaan dan lingkungan kerja yang berbeda-beda pula.
Bayangkan kalau saya dulu diterima di jurusan akuntansi padahal saya bukanlah orang yang detail oriented, bisa-bisa saya lulus setelah menempuh kuliah sepuluh tahun dan setelah itu tidak akan pernah bisa bekerja sebagai akuntan karena selalu gagal dalam psikotes.
Tapi kalau boleh saya membesarkan hati anda yang merasa selalu gagal dalam psikotes, sebetulnya tidak ada istilah gagal psikotes atau tidak lulus psikotes. Sebaliknya anda justru harus bersyukur kalau selama ini anda selalu gagal dalam psikotes, karena itu memberikan indikasi yang cukup jelas kalau selama ini anda ternyata sedang mengejar karir ke arah yang keliru.
Mungkin yang terbaik untuk anda memang bukan berkarir di bidang itu. Jadi tidak ada gunanya juga anda ngebet ingin menjadi profesional di bidang human resources kalau anda adalah orang yang terlalu kaku, sulit bergaul dan lebih suka bekerja sendiri. Sampai kapan pun anda akan selalu failed di psikotes untuk dapat diproses lebih lanjut untuk posisi HR.
Jadi setiap kali menghadapi psikotes, santai saja. Tidak perlu membuang uang untuk membeli buku-buku psikotes yang terbit di pasaran. Itu mungkin akan membantu anda untuk menjawab soal-soal psikotes, tapi itu tidak akan membantu anda untuk menemukan pekerjaan yang paling sesuai dengan karakter anda yang memang unik dan berbeda dengan orang lain.
Sekali lagi saya berikan penekanan, setiap orang adalah individu unik dan berbeda dengan orang lain.
Kalau anda masih tetap berkeras ingin bisa lolos dalam tahapan psikotes, saya hanya bisa menyarankan satu hal: cari dulu bidang pekerjaan yang memang betul-betul sesuai dengan karakter anda.
Kalau anda sudah menemukan bidang pekerjaan tersebut, percayalah ketika anda melamar ke satu perusahaan untuk pekerjaan yang sesuai dengan karakter anda, psikotes macam apapun bisa anda lalui dengan mudah dan dengan hasil yang memuaskan semua pihak.
Sebagai langkah awal sebelum berkonsultasi dengan psikolog profesional, anda bisa membaca ebook yang saya tulis beberapa waktu yang lalu. Dibalik kesederhanaan proses asesmen yang dibahas dalam buku tersebut, sebetulnya itu sudah cukup untuk memberikan gambaran mengenai diri, karakter dan preferensi anda di dunia kerja, termasuk didalamnya bidang pekerjaan atau profesi apa yang kiranya cocok untuk anda.
Semoga bisa membantu untuk membuka wawasan kita semua mengenai psikotes, khususnya dalam dunia kerja.
Update 12 September 2017:
Artikel ini saya tulis di bulan April 2009 dan sampai hari ini, atau setelah lebih dari 8 tahun, rata-rata masih dibaca sekitar 1500 kali setiap bulannya dengan komen yang juga terus berdatangan. Artinya memang banyak yang menganggap psikotes ini sebagai momok yang menakutkan dalam proses rekrutmen.
Yuk, kita sama-sama belajar menyikapi psikotes dengan lebih bijaksana dalam event yang diselenggarakan oleh Jobplanet berkolaborasi dengan perusahaan saya, PT Headhunter Indonesia, pada hari Kamis tanggal 28 September 2017 pukul 18.30 WIB.
Untuk yang berdomisili di Jabodetabek dan berminat untuk hadir, silakan segera mendaftarkan diri karena acara ini tidak dipungut biaya tapi tempat sangat terbatas.
Info selengkapnya bisa dibaca disini.
Anton
August 30, 2010saya baru saja menjalani psikotes untuk posisi yang sangat saya idamkan. tapi hasilnya adalah nihil. saya gagal. mungkin dalam test yang disebut DISC (Most and Least option), sebab pemandunya menekankan untuk mengisi secepat mungkin karena tes ini merupakan penilaian terhadap diri sendiri. sedangkan pada saat tes berlangsung, saya masi sempat ragu-ragu utnuk mengisi. apa mungkin saya masih kurang mengenal karakter saya sendiri?
Setelah membaca tulisan ini rasa kecewa saya sedikit terobati.
Tapi saya tetap tidak habis pikir.
Dari belasan pekerjaan yang saya apply tidak ada satu pun yang diterima.
dan saya sudah mencoba semua alternatif pekerjaan. ada yang sesuai dengan jurusan saya dan ada juga yang tidak.
Terima kasih jika sudah dibaca. Hanya ingin menumpahkan isi hati.
Haryo
August 30, 2010Seharusnya DISC Assessment tidak mewajibkan pengisinya untuk mengisi secepat mungkin. Batasan waktu memang pasti ada, tapi sepengetahuan saya DISC Assessment bukan merupakan speedtest, karena justru harus diisi dengan hati-hati agar hasilnya bisa menggambarkan karakter dan preferensi diri secara lebih akurat.
Anton
September 6, 2010saya juga berpikir begitu. karena ada beberapa kata sifat yang sulit saya tentukan mana yang lebih cocok.
apa benar hasil dari DISC Assessment akan menghasilkan 3 grafik? dan jika grafik tersebut terlalu berdekatan, maka orang tersebut belum mengenal dirinya sendiri.
terima kasih mas Haryo.
wenx
April 6, 2011mas kalau misalkan jurusan yg saya ambil skrng katakanlah salah atau tidak sesuai dengan kemampuan saya bgmn????
jujur sy tidak tau di bidang apa yg saya kuasai, karena psychotest yg sy lakukan kebanyakn untuk seleksi pekerjaan, jadi hanya tau lolos atau tidaknya, bukan utk mengetahui apa yg menjadi keahlian sy…
dan apabila suatu saat sy mengetahui kemampuan sy, apakah sudah terlambat, karena tidak mengetahui disiplin ilmunya…
jadi intinya saya tidak akan pernah mendapatkan pekerjaan, karna tdk tau apa bakat, dan kemampuan yg sy miliki..
ckckckckck mengenaskan….
sandal jept
November 1, 2011ah..psikotes itu teori barat tidak cocok dengan indonesia…kalo di terapkan di negara kita yang kayak gini carut marutnya..mana bisa…justru menimbulkan ketimpangan…semakain tidak adil …orang kerja motif terbesar ya cari duit..kalo sesuai bidang itu cocok bagi negara yang sudah maju kesadarannya.kan sudah banyak orang lulus test tapi loyalitas nya masih kurang atau gak ada blas…orang tua dulu bilang kerja keras nomor satu dan pintar pasti ikut….sudah jelas orang kerja bukan karena otak..tapi kerja keras meski bodo namanya kerja keras kan sambil belajar..berapa prosentase orang yang cocok di bidangnya di negara indonesia..tak ada pengaruhnya bagi negara…kita…INGAT KESUKSESAN BERAWAL DARI KERJA KERAS DAN
PANDAI AKAN IKUT..bukan psikotes
“tukang rombeng punya anak buah S1”
amanda kusuma
January 18, 2012Pak, bisa bagi tips menghadapi interview?
Terima kasih.
Haryo Suryosumarto
January 18, 2012Lain waktu saya akan bahas mengenai bagaimana mempersiapkan diri dalam menghadapi interview
Muhammad Baiquni
January 31, 2012Saya biasanya selalu gagal dalam tahapan psikotes. Saya kadang bertanya apakah psikotes menjadi jaminan bahwa seseorang bisa bekerja dengan baik dan benar.
Saya pernah mendengar sebuah pengalaman bahwa orang yang pintar (kebanyakan psikotes untuk menilai seberapa pintar Anda) belum tentu dapat bekerja dengan baik dalam sebuah tim. Kadang yang pintar malah arogan dan selalu merasa benar sendiri.
Bagaimana cara psikotes mampu menilai hal-hal yang demikian?
Terima kasih.
putra
November 14, 2013salam hormat,
Saya baru saja membaca pengumuman tentang hasil psikotes saya, dan hasilnya adalah gagal seperti sebelum-sebelumnya, sampai – sampai saya berfikir sebegitu bodohkah saya?, sebegitu tidak kompetenkah saya untuk dipilih perusahaan? padahal dari segi akademik nilai saya tidak jelek, atau apakah saya memiliki gangguan kejiwaan sehingga mereka tidak memilih saya? sebegitu tidak bisakah saya diajak kerjasama sampai-sampai para psikolog selalu tidak meloloskan saya? Sebegitu desperate-nya saya karena tidak 1 atau 2 kali gagal dalam psikotes, sampai saya putuskan untuk browsing di Internet tentang alasan selalu gagal dalam psikotes dan akhirnya menemukan tulisan Bapak dengan judul yang cetttaaarrr membahana hehehe… Setelah membacanya, saya jadi punya alasan lain selain alasan-alasan negatif di atas, mungkin saja saya sedang “salah jalan”. Saya mengucapkan terima kasih karena bapak menulis topik ini, dan sungguh ini suatu penghiburan untuk saya. Terima kasih
*)maaf sedikit curcol 🙂
Haryansa
July 11, 2015Saya sudah 3 kali gagal pak dalam mengikuti psikotet..
terkadang saya bertanya.
apa ya yg membuat saya gagal begini…
Haryo Suryosumarto
August 10, 2015Tidak perlu kecil hati… coba kenali karakter kita, karena kalau karakter kita kurang/tidak sesuai dengan jenis pekerjaan yang kita lamar, tentunya sampai ratusan kali mencoba pun biasanya akan tetap ditolak. Jadikan ini sebagai kesempatan untuk mengevaluasi diri dalam menemukan jenis pekerjaan yang betul-betul sesuai dengan karakter kita agar jalan untuk meraih kesuksesan juga menjadi lebih mudah 😉
Rikat
December 21, 2015Saya gagal di psikotest, saya lulusan akuntansi dan ingin berprofesi di bidang ini, tipe mana yang cocok bagi bidang ini? Trus apa yg harusnya saya lakukan?
Haryo Suryosumarto
December 22, 2015Coba untuk mengenali kelebihan dan kekurangan diri kita. Cara paling mudah adalah dengan mencoba tes/assessment gratis yang ada di internet. Saya sarankan coba menggunakan MBTI, karena itu yang paling sederhana dan mudah dipahami interpretasinya. Silakan di-googling ya…
Aji
May 28, 2016Mas cara mengatasi klambanan dalam mnjwb bagaimana ya? Saya bingg sllu gagal dlm psikotest..
Haryo Suryosumarto
June 8, 2016Yakin kegagalan dalam psikotes karena lamban dalam menjawab? Lamban dalam menjawab tapi dengan tingkat akurasi yang tinggi setahu saya dinilai lebih baik daripada cepat dalam menjawab tapi tingkat akurasinya rendah.
risky april
October 14, 2016Tgl 11 oktober kmaren saya mengikuti psikotes PT.KAI,, dengan tekad dan smangat yg kuat saya mejalani psikotes tsb. Saya percaya dan yakin saya mngerjakan psikotes dgn benar, namun trnyata stelah pngumuman d tempel nama saya tidak muncul. Saya bnar2 sangat kecewa, sampai saat ini saya masih brtanya2 apa yg mmbuat saya gagal dlm psikotes tsb. ??
David Zakaria
December 30, 2016menurut saya tes psikotes itu tidak terlalu penting malah mempersulit untuk mendapat pekerjaan,yang terpenting adalahhasil kinerja bukan psikotest,saya sudah 3x gagal pada soal psikotest saya ingin kerja membantu perekonomian keluarga tapi psikotest mebuat saya sulit untuk dapat kerja.
Taopik
January 24, 2017Saya sudah 3 kali melakukan dan ikut psikotes di perusuhaan bumn salah satunya adalah bulog krn sy merupakan salah satu pegawai honor namun pada kenyataanya sy selalu gagal bagaimanakan cara dan tips nya agar bisa lolos dan apakah bidang pekerjaan ini tdk cocok untuk saya…….trims
Haryo Suryosumarto
January 25, 2017Jangan repot mencari cara supaya lolos psikotes, lebih baik mencari cara supaya tahu sebetulnya bidang karir atau pekerjaan apa yang paling tepat untuk anda, mas. Kalau sudah ketemu karir atau bidang pekerjaan yang memang sesuai dengan bakat alami anda, dengan sendirinya kalau melakukan psikotes untuk posisi itu pasti lolos.
Taopik
January 27, 2017Oke thankkksss atas saranya…
fajar poetra pamuji
May 17, 2017Saya dalam 3 kali terakhir ini gagal dalam thp psikotest.bidang yang saya ambil saya rasa sesuai dg pengalaman kerja dan kompetensi saya.namun masi gagal adakah tipsnya atau lainya
Dyaksa
May 20, 2017Alhamdulillah sekali melamar kerja dan bisa lolos psikotest, dulu pernah ikut tes psikotest dan saya tanya hasilnya, orang yg nge tes bilang bahwa saya orangnya sangat perhitungan dalam segala hal, saya mikir emang itu bener saya banget, dan akhirnya saya mencoba melamar kerja dan bisa lolos psikotest. Saat tes meski diberi waktu yang sangat sedikit saya bukan tipe orang yang asal jawab, jadi saya jawab dengan teliti meski banyak soal yg nantinya gak kejawab. Dari ±45soal kira-kira ada 8-10 soal yang belum saya jawab, tapi saya bersyukur bisa lolos, sedangkan teman saya yang dijawab semua tidak lolos. Intinya jika ingin lolos psikotest harus rubah sikap diri sendiri, belajar terbuka juga.
Rahmad
May 29, 2017Pak saya mau bertanya. Jika kita menjawab test pisikotest yang bukan pengenalan diri kita seperti soal hubungan kata, sinonim dan antonim dengan tebak2 belum tentu bener apakah mengurangi hasilnya? Lebih baik bagaimana saran bapak? Jawab yg pasti benar atau isi semua belum tentu benar.
Terima kasih.
Haryo Suryosumarto
June 12, 2017Mengurangi sih tidak kalau menjawabnya salah, hanya tidak mendapatkan poin saja. Hubungan kata, sinonim/antonim, dan sejenisnya, biasanya terkait dengan soal-soal tes kemampuan kognitif.
Ari Eka
June 3, 2017Rendahnya IQ mungkin bisa jadi gagalnya lolos di Psikotest… sya 7 kali ikut andil di Tahapan seleksi itu 7 kali pula saya gagal.
Haryo Suryosumarto
June 12, 2017Kalau saya ikut psikotes untuk posisi sales, dan saya selalu menjawab dengan jujur sesuai dengan kemampuan dan preferensi pribadi saya, bisa jadi saya berkali-kali gagal juga di tahap psikotes. Hal itu disebabkan saya memiliki drive yang rendah dan tidak cocok untuk posisi sales yang mensyaratkan orang-orang yang sangat energik, ambisius, dan bersemangat dalam mengejar target sales yang dibebankan pada dirinya.
Tapi apakah artinya kalau saya gagal terus-menerus psikotes untuk posisi sales itu artinya IQ saya rendah? Bukan seperti itu tentunya, jadi saran saya coba betul-betul kenali kelebihan dan kekuranganmu dulu karena kalau kita selalu menjalani psikotes untuk posisi yang mensyaratkan karakter dimana kita justru lemah, maka kita akan terus mendapatkan kegagalan di tahap psikotes.
maryadi
June 21, 2017Dear Pak Haryo,
Saya sudah bekerja selama 4 tahun di bidang yang sesuai dengan jurusan saya, Dan saya merasa enjoy dengan pekerjaan ini karena sesuai dengan background dan pengalaman. setelah itu saya habis kontrak.
dan saya mulai melamar dimana-mana akan tetapi selalu terbentur di psikotest.
Akan tetapi saya sudah > 3 kali psikotest selalu gagal pada tahap ini.
Saya sudah berkeluarga dan memiliki anak istri yang harus ditanggung.
Bagaimana pak solusinya? saya ingin jadi pegawai tetap. 🙁
Haryo Suryosumarto
June 23, 2017Bisa dijelaskan lebih detail mengenai latar belakang pengalaman kerja sebelumnya, Mas?
lonerz
June 25, 2017Dear Pak Haryo,
Apakah benar tes psikotest itu dapat kita lewati tanpa mempelajari contoh2x soal psikotest tersebut? Hanya jika pekerjaan itu cocok untuk kita. Mungkin ya mungkin tidak. Kenyataannya saya mengikuti test psikotest untuk pertama kalinya di kedua 2 bank yang berbeda hasilnya saya gagal pada tahap psikotest tanpa mempelajari soal2x psikotest terlebih dahulu. Lalu saya mendapat panggilan untuk mengikuti psikotest lagi di bank yang ke 3. Akhirnya saya memutuskan untuk membei buku yang tentang psikotest. Karena jadwal tes psikotes saya masih 3 hari lagi. Hasilnya pada saat saya mempelajari buku psikotes yang saya beli, saya tahu kenapa saya selama ini gagal, karena jawaban saya semuanya keliru tidak sesuai dengan panduan buku psikotest yang saya baca. Saya pun memanfaatkan waktu 3 hari untuk mempelajari buku tersebut. Tidak cukup maksimal karena waktu 3 hari itu juga pada saat saya sedang ujian (kuliah sambil kerja), namun cukup membuat saya lebih pede untuk mengikuti psikotest di bank yang ke 3. Namun hasilnya saya juga tetap gagal (melamar di bank sebagai teller). Jadi rencana saya kedepan setelah saya lulus kuliah saya akan mencoba melamar di bank lagi tapi bukan untuk posisi teller atau cro, tapi mungkin lebih ke bidang yang lain. Tapi saya sampai sekarang saya masih belum pede dalam menghadapi psikotest @_@.
Haryo Suryosumarto
June 30, 2017Dalam berbagai kesempatan saya selalu menyampaikan kalau tidak perlu membeli buku2 psikotes, karena psikotes itu mencari orang yang tepat untuk mengisi posisi yang dibutuhkan. Ibaratkan diri anda adalah sebuah potongan atau kepingan puzzle yang berbentuk bujur sangkar, lalu anda berusaha melamar ke posisi yang memerlukan kepingan segitiga, tentunya anda tidak akan cocok. Nah, buku2 psikotes itu berusaha merubah anda yang secara alami adalah bujur sangkar menjadi segitiga agar dapat diterima di perusahaan tersebut.
Bisa dibayangkan konsekuensi jangka panjangnya kalau anda terus-menerus berusaha menjadi segitiga sementara secara natural anda adalah bujur sangkar?
Daripada sibuk mempelajari buku2 psikotes, kenapa tidak berusaha menyibukkan diri untuk mencoba mengetahui anda ini kalau kepingan puzzle sebetulnya berbentuk apa? Apakah bujursangkar, trapesium, segitiga, elips, lingkaran, atau lainnya? Setelah mengetahui bentuk anda, cobalah melamar ke posisi yang memang memerlukan kepingan seperti bentuk yang anda miliki.
Dengan cara demikian anda juga akan lebih mudah lolos psikotes karena 100% bisa menjadi diri sendiri, dan dalam jangka panjang juga anda akan lebih menikmati pekerjaan yang memang sesuai untuk anda secara alamiah.
Semoga analogi ini bisa dipahami.
Rara
July 21, 2017Saya kemrin iku tes kerja pak dan dalam tes itu ada salah satu tes yang saya tidak mengikuti intruksi. Apakah itu mengurangi poin tes saya?
Haryo Suryosumarto
July 21, 2017Dalam psikotes setahu saya tidak ada pengurangan poin, karena semua jawaban akan diinterpretasikan secara keseluruhan oleh psikolog yang kompeten dalam bidang psikometri.
anys
July 26, 2017pak saya mau bertanya, hari ini saya ikut psikotes bank yg psikotestya bagian aritmaatika, deret angka, sinonim dsb. belum smpai tes pauli dan warteg, krn dibagi 2 sesi. kebetulan untuk tes awal 11 12 dg buku yg saya punya, dan saya yakin dlm menjawabnya. namun saat pengumuman saya tdk lolos. bgmna penilaian psikotes bagian tsb?
Haryo Suryosumarto
July 26, 2017Sebetulnya kalau soal psikotes yang masih berkaitan dengan aritmatika, logika, dan sejenisnya, penilaian murni didasarkan pada hasil secara obyektif. Bisa jadi kita yakin mengerjakannya dari sisi kuantitas soal yang dikerjakan tapi tanpa disadari ternyata kurang optimal dari sisi kualitas jawabannya, misal tingkat akurasinya masih kurang, sehingga dinyatakan tidak lolos karena masih dibawah minimum passing grade yang dipersyaratkan.
anys
July 26, 2017apakah ada suatu persh yg tdk mengambil kandidat dikarenakan hasil psikotesnya (bagian arit, deret, sinonim, antonim) yg terlalu tggi, pak? soalnya jawaban saya itu saya cocokkan dg kunci jawaban di buku, tp malah tdk lolos, dan teman saya yg menjawab asal2an justru lolos.
Haryo Suryosumarto
July 26, 2017Mungkin bukan terlalu tinggi, tapi hasilnya bisa jadi tidak terlihat wajar karena terlalu perfect, padahal psikotes itu bukan ujian yang mengharuskan kita untuk memberikan jawaban demi mengejar nilai perfect. Psikotes adalah salah satu sarana untuk menganalisa kekurangan dan kelebihan kita untuk suatu pekerjaan atau posisi tertentu. Ketika jawaban kita perfect, karena kita sudah memahami pola psikotes dan bagaimana menjawabnya, kesan yang timbul adalah kita berusaha menutupi kekurangan diri sendiri dan hasil psikotes kita pun malah menjadi sulit dianalisa.
Sekali lagi saya tekankan bahwa saya bukan psikolog yang ahli dalam bidang psikometri, jadi apa yang saya sampaikan bisa jadi tidak akurat 100%. Namun terlepas dari hal itu, saya masih tetap konsisten mengingatkan agar tidak perlu membeli buku2 psikotes yang banyak beredar di pasaran, karena itu justru bisa menjadi bumerang untuk anda sendiri. Hasil psikotes yang anda lakukan karena anda sudah mengetahui bagaimana menjawabnya justru akan menghasilkan analisa yang keliru tentang kepribadian anda yang malah merugikan diri.
anys
July 26, 2017terimakasih pak. berarti bukan krn kita bodoh ya pak tdk lolos psikotes. saya sdh 4x ini gagal psikotes perbankan. atau memang sebenarnya diri saya yg tdk cocok kerja di perbankan bag frontliner. apakah bpk mempunyai saran bgmana agar saya tau passion saya sebenarnya?
Haryo Suryosumarto
July 26, 2017Tidak lolos psikotes bukan berarti kita bodoh, karena jelas bukan itu tujuan psikotes. Coba dibaca lagi artikel saya diatas.
Kalau sampai tidak lolos psikotes untuk posisi yang sama di industri yang sama (posisi frontliner di industri perbankan) sampai empat kali, bisa jadi memang secara karakter kepribadian tidak cocok untuk bekerja di posisi itu. Coba browsing dan lakukan tes online MBTI atau DISC untuk mengetahui profesi apa yang kira2 sesuai dengan karakter kepribadian diri serta sesuai pula dengan minat dan bakat.
rani umil muminat
July 26, 2017Bagaimana jika kita telah menjalani psikotest tapi salah masukan no. Kontak / tlp. Apakah tandanya kita sudah end atau bagaimana baiknya? ?
Haruskah saya kontak pihak HR disana untuk kasih tau bahwa kita salah tulis no tlp.
Terima kasih
Haryo Suryosumarto
July 27, 2017Ketelitian sangat diperlukan dalam mengerjakan psikotes, mulai dari mengisi data sampai menjawab soal2nya. Kalau ada kesalahan dalam pengisian data, silakan saja menghubungi pihak HR dan memberitahukan hal ini. Semoga pihak HR bisa memakluminya
Daan
July 27, 2017Pa Haryo,
Umur saya 40 tahun lebih, saya dalam pekerjaan selalu beruntung, karena dengan hanya seorang diploma (programming) saya pernah menempati posisi sebagai Manager di perusahaan garment korea yang besar dan posisi tersebut tidak sesuai dengan background saya, dan hampir semua posisi yang pernah saya tempati tidak sesuai dengan background saya tapi saya bisa bekerja pada posisi2 tersebut dengan baik dan waktu yang lama.
Pada hari kemaren saya mendapatkan panggilan dari perusahaan besar juga dan anehnya pada saat panggilan interview mereka bilang melihat cv saya dari jobstreet (karena memang saya tidak melamar ke perusahaan ini). dan dalam hanya waktu 2 hari persiapan interview dan test dengan waktu luang sehabis jam kerja di tempat sekarang, tidak ada waktu untuk melihat tip melewati psikotes dan saya pun tidak tahu tipe psikotes yang diujikan.
Akhirnya kemaren saya mengikuti psikotes yang diuji yaitu DISC dan PAPI, untuk posisi sebagai Senior Manager.
Harus masuk ke kategory nilai apa/berapa ?
Terus terang saya isi sesuai dengan yang apa yang cocok dalam diri saya, saya tidak pernah membaca buku ataupun trik psikotes. Dengan melihat artikel ini walaupun saya gagal nantinya, tapi saya bisa tahu apabila saya harus mengikuti lagi psikotek dengan DISC dan PAPI.
Terima kasih sebelumnya atas perhatian Pa Haryo
Haryo Suryosumarto
July 27, 2017DISC dan PAPI memang sebaiknya dijawab apa adanya sesuai dengan preferensi pribadi kita, Pak Daan. Kalau disebut psikotes ya tidak 100% tepat, mungkin lebih tepat kalau disebut sebagai personality assessment untuk mengetahui karakter, preferensi dan potensi pribadi seseorang.
Biasanya DISC dan PAPI memang lebih sering dilakukan untuk posisi managerial. Nah, tinggal tergantung dari perusahaannya mereka ingin mendapatkan kandidat dengan preferensi karakter seperti apa yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
yola
August 5, 2017pak haryo,
saya baru saja selesai mengikuti test psikotest namun saat pemandu menyuruh untuk berhenti menulis dan menutup lembar soal, soal saya masih terbuka dan asisten yg didekat saya langsung menutup dengan keras lembar soal tersebut. apakah itu berpengaruh terhadap hasil test saya ? sekian terimakasih
Haryo Suryosumarto
August 9, 2017Harusnya tidak berpengaruh, toh itu kan hanya masalah non-teknis.
ari
August 12, 2017pak haryo, tulisan anda memang bermanfaat
saya hanya bingung, bagaimana untuk terbiasa mengerjakan psikotes macam smart GMA yang di keluarkan oleh beberapa recruitment consultant. macam P&G, Unilever, Pertamina, dll?
saya setahun ini sudah mengikuti banyak tes seperti itu dan berlatih untuk mengerjakan tes seperti gmat, verbal reasoning dan numerical reasoning. Hasil dari itu semua seperti nihil dan tidak pernah lolos dalam seleksi tersebut, alhasil setahun ini saya tidak belum bekerja lagi (freelance ada).
Yang buat saya down adalah teman teman saya yang dia bilang tidak ada persiapan dan latihan apa pun justru lolos…
best regard
Haryo Suryosumarto
August 13, 2017Sudah sering saya tulis sebelumnya, psikotes itu hanya perlu persiapan mental dan fisik, pastikan kondisi kita prima dengan pikiran yang fresh dan tenang. Jadi tidak perlu memakai latihan soal segala rupa, karena psikotes itu bukan ujian yang mencari orang-orang dengan nilai tertinggi, tapi mencari orang-orang yang memiliki kesesuaian tinggi untuk posisi yang dibutuhkan.
Kalau kita tidak lolos psikotes, ya artinya kita memang dinilai tidak memiliki kesesuaian yang mencukupi untuk dapat bekerja di posisi yang kita lamar. Cobalah berhenti sejenak dan lakukan introspeksi, jangan-jangan selama ini kita menginginkan pekerjaan yang diimpikan padahal kita sebenarnya tidak memiliki kesesuaian karakteristik yang cukup untuk pekerjaan tersebut.
Misalnya, saya ingin menjadi pilot pesawat tempur, sekeras apapun saya berlatih mempersiapkan diri dalam menghadapi psikotes sebagai bagian dari seleksi pilot pesawat tempur, bisa jadi saya akan terus gagal karena secara karakteristik saya memang tidak memiliki faktor-faktor dominan yang mendukung saya untuk menjadi pilot pesawat tempur.
Solusinya, saya akan mencoba mencari cara lain untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi psikotes, bukan dengan berlatih soal, tapi dengan mencoba melakukan asesmen psikologis gratis yang banyak tersedia di internet, misalnya: RIASEC, DISC, ataupun MBTI, untuk mencari benang merah karakter pribadi saya dan pekerjaan apa yang sekiranya saya minati dan sesuai dengan karakteristik pribadi saya.
Ketika kita menghadapi psikotes untuk posisi yang sesuai dengan karakteristik pribadi saya, akan terasa perbedaan yang signifikan dalam mengerjakan psikotes, karena tanpa terlalu ngoyo dalam berusaha, tapi berhasil lolos sebagaimana teman-teman anda yang tidak mempersiapkan diri dengan intensif.
yusuf
August 13, 2017slmt siang pak.
setiap waktu saya sering merenung dan melamunkan soal diri saya pak, saya sllu bertanya pada dirisata terutana pada alloh swt, ini knp nasib saya sllu gagal dalam mencari pekerjaan terutama saya gagal dalam soal psikotes sering skali saya tidak lolos, saya udah setahun lebih nganggur padahal saya udah mondar mandir ngelamar pekerjaan saya udah cape berdoa sambil berusaha tuh, sekarang2 ini saya malah sering mengeluh dan kadang saya ngomong sendiri, ngapain saya berdoa, berdoa juga percumah yg ada malah cape.
ini gimana pa kalo saya kaya gini coba minta pencerahannya !
Haryo Suryosumarto
August 13, 2017Hak anda untuk berhenti berdoa, karena Allah SWT tidak membutuhkan doa anda atau doa kita kok.
Hak anda berhenti berdoa, sebagaimana Allah SWT juga berhak untuk menunjukkan jalan yang terbaik untuk anda sesuai dengan kehendak-Nya.
QS Al Mu’min ayat 60, “Mohonlah (mintalah) kamu kepada-Ku, pasti Aku perkenankan (permintaan) kamu itu” dan kalau dijabarkan lebih jauh lagi, anda memanjatkan doa kepada Allah SWT itu kemungkinannya hanya tiga:
1. Dikabulkan dalam waktu dekat
2. Dikabulkan dalam waktu yang akan datang, entah kapan
3. Tidak dikabulkan tapi diganti dengan hal lain yang jauh lebih baik, baik di dunia ataupun di akhirat
Anda jadi putus asa dan mengeluh karena anda berdoa dengan memaksa Gusti Allah agar mengabulkan doa anda secepat mungkin dan sesuai dengan apa yang anda inginkan.
Cobalah lebih sabar dan tawakkal, terus evaluasi diri, lakukan perbaikan mental dan spiritual yang menyeluruh. Mungkin selama ini ibadah masih kurang sempurna, silaturahmi kurang terjaga, sedekah masih ala kadarnya, dan tingkah-laku yang kurang mengenakkan sesama.
Evaluasi dan perbaiki itu semua. Kalau hanya mengeluh dan fokus pada masalah, ya masalah tidak akan selesai sampai kapan pun.
Silakan baca juga jawaban saya untuk pertanyaan sebelum pertanyaan anda ya… disitu saya berikan solusi konkrit terkait dengan kegagalan psikotes yang berulang.
Yusuf
August 14, 2017Selamt siang pak haryo.. Saya juga mengalami hal yg sama.. Saat ini saya sudah bekrja dan krywan tetap..perusahan retail..namun mnjemen tidak memperbolehkan kryawanya upgrade ijazah.. Sehingga membuat saya merasa perlu untuk meninggalkan pekrjaan ini.. Namun sudah berkali ikut tes pisikotes di dunia perbankan dn hsilnya selalu ggl.. Dan pekrjaan saya mulai memburuk hasilnya.. Bagaimana solusinya.. Saya juga tidak mengetahui dbidang ap seharusnya yg saya lamar .. Terimakasih
Haryo Suryosumarto
September 12, 2017Coba download ebook saya, itu memang versi lama, karena saya betul2 tidak ada waktu untuk memperbaharuinya, tapi mungkin masih bisa berguna.
Ummayah
August 20, 2017Assalamualaikum Wr. Wb.
Dari pertama lulus SMA sampai sekarang saya belumperna lulus test pisikotes.
Padahal bila di tela’ah, tidak semua yg lulus test dan di terima kerja bisa bekerja dengan baik dan jujur.
Tpi yg tidak lulus bukan berarti tidak mampu bekerja dengan baik dan maksimal dan tidak apa adanya atau tidak jujur di tempatnya bekerja.
Mungkin tes tersebut bisa sedikit menunjukan gambaran sikap dan keperibadian kita.
Tpi tidak semua keperibadian bisa di baca dengan tes tersebut.
Heka Lusie Utami
September 14, 2017Hallo kak!
Saya s1 teknik elektro, selamaa saya kuliah di elektro saya tidak menyenangi bidang ini sama sekali. Walaupun begitu saya berhasil lulus dengan predikat sangat baik. Jujur ilmu saya “cetek” di profesi ini. Ketika saya lulus, saya berharap mendapatkan pekerjaan yg tdk sesuai dgan bidagny mis:di bank, saya pernah mendapatkan kerja sbga RFO d salah satu bank swasta, tp saya merasa bidang ini jg tdak sesuai dgan saya, dan saya memutuskan untuk resign. Setelah itu saya bekerja sebagai cashier di suatu perusahaan swasta tapi karna saya org yg bgtu tidak teliti saya di putuskan sebelah pihak, waktu itu saya masih magang. Saya begitu hancur. Setelah bangkit saya mendapatkan pekerjaan di salah satu perusahaan swasta sbgai seorang staff adm. Tapi ada keinginan saya untuk bekerja kembali sebagi profesi saya. Dan mendapatkan pekerjaan yg lbh layak sebagai s1 teknik elektro.apakah saya bisa? Dan terakhir saya sangat bekecil hati karna saya gagal psikotes di salah satu perusahaan yg saya inginkan., telah 7 kali saya gagal psikotes, entah itu bumn, bumd, maupun perbankkan.. Apa yg harus saya lakukan pak, saya sangat depresi menghadapi ini, sementara di satu sisi dengan umur saya yg begini saya seharusnya sudah menikah dan membahagiakan ortu..
Haryo Suryosumarto
September 26, 2017Ini saya copy paste dari jawaban saya sebelumnya…
Kalau kita tidak lolos psikotes, ya artinya kita memang dinilai tidak memiliki kesesuaian yang mencukupi untuk dapat bekerja di posisi yang kita lamar. Cobalah berhenti sejenak dan lakukan introspeksi, jangan-jangan selama ini kita menginginkan pekerjaan yang diimpikan padahal kita sebenarnya tidak memiliki kesesuaian karakteristik yang cukup untuk pekerjaan tersebut.
Misalnya, saya ingin menjadi pilot pesawat tempur, sekeras apapun saya berlatih mempersiapkan diri dalam menghadapi psikotes sebagai bagian dari seleksi pilot pesawat tempur, bisa jadi saya akan terus gagal karena secara karakteristik saya memang tidak memiliki faktor-faktor dominan yang mendukung saya untuk menjadi pilot pesawat tempur.
Solusinya, saya akan mencoba mencari cara lain untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi psikotes, bukan dengan berlatih soal, tapi dengan mencoba melakukan asesmen psikologis gratis yang banyak tersedia di internet, misalnya: RIASEC, DISC, ataupun MBTI, untuk mencari benang merah karakter pribadi saya dan pekerjaan apa yang sekiranya saya minati dan sesuai dengan karakteristik pribadi saya.
Ketika kita menghadapi psikotes untuk posisi yang sesuai dengan karakteristik pribadi saya, akan terasa perbedaan yang signifikan dalam mengerjakan psikotes, karena tanpa terlalu ngoyo dalam berusaha, tapi berhasil lolos sebagaimana teman-teman anda yang tidak mempersiapkan diri dengan intensif.
restu rafsanjani
September 26, 2017Lalu apa psikotest ini menjadi harga mutlak pak..untuk menentukan ideal atau tidak nya seorang pelamar..jika seandainya saya merasa bahwa gagal dalam tes tersebut..kemudian saya di berikan kesempatan untuk interview..apakah itu hanya menjadi formalitas saja? Dan apa sudah bisa di tentukan bahwa setelah melalui interview pun saya memang akan gagal..mohon jawaban yang selogis logisnya pak..karna bapak adalah seorang rekruiter..terimakasih.
Haryo Suryosumarto
September 26, 2017Kalau dibilang psikotes itu menjadi satu-satunya faktor penentu apakah seorang kandidat itu ideal atau tidak untuk menempati satu posisi, saya rasa kurang tepat. Alasannya lebih karena sampai saat ini belum ada satupun alat ukur psikometri yang bisa 100% mengukur secara akurat mengenai kemampuan kognitif seseorang ataupun karakter pribadinya. Sejauh ini psikotes harus memenuhi kaidah validitas dan reliabilitas agar hasilnya bisa dijadikan dasar untuk melakukan seleksi dalam proses rekrutmen pegawai.
Btw, saya agak kurang paham kalimat ini… “jika seandainya saya merasa bahwa gagal dalam tes tersebut..kemudian saya di berikan kesempatan untuk interview..apakah itu hanya menjadi formalitas saja?”
Logikanya kalau anda gagal psikotes, pastinya tidak akan dipanggil interview kan?
Fakhrizal
September 29, 2017Mas kalo misalkan kita itu kurang dalam menjawab soal karna terlalu lama berfikir, namun kurangnya tidak banyak.
Apakah mempengaruhi lolos atau tidaknya test psikotest ? Makasih
Haryo Suryosumarto
September 30, 2017Kalau dalam aptitude test, keseluruhan jawaban kita akan dinilai dari sekurangnya dua aspek: kuantitas jawaban dan kualitas jawaban. Kuantitas jawaban maksudnya seberapa banyak soal yang bisa anda jawab dari seluruh pertanyaan yang diberikan dalam batas waktu yang telah diberikan. Nah, kualitas jawaban akan menilai dari jumlah seluruh jawaban yang telah anda berikan, berapa banyak jawaban yang benar.
Jadi yang dicari adalah perimbangan antara kuantitas jawaban dan kualitas jawaban. Kalau bisa menjawab dengan kuantitas tinggi, akan percuma kalau kualitasnya rendah, demikian juga sebaliknya. Kalau bisa ya menjawablah dengan kuantitas tinggi tapi kualitasnya juga tinggi.
shania
October 8, 2017pak, saya barusan ikut tes online beasiswa setelah lolos di administrasi.pada saat pengisian penilaian kepribadian saya memilih tanda tanya untuk bbrp soal. apakah itu fatal?
TURYONO
October 26, 2017Mohon pencerahan
saya baru saja menjalani psikotest yang diselenggarakan oleh pihak perusahaan, dengan soal soal yang harus saya kerjakan berkejaran dengan waktu yang ditentukan, saya hanya lulusan sma dan saat ini bekerja pada unit perusahaan yang bergerak pada bidang kontruksi sebagai staf administrasi, meski saya memiliki sedikit kemampuan dilapangan tetapi saya tidak pernah di berikan kesempatan untuk mengembangkan potensi yang saya miliki. setelah menjalani psikotest (assessment) pada hasil LAPORAN KEPRIBADIAN (MBTI) saya mendapatkan hasil ESTP untuk test ini, pada hasil test DISC (BEHAVIORAL ASSESSMENT) saya mendapatkan hasil DI. Dengan hasil test saya ini apakah berpengaruh pada penilaian pihak perusahaan terhadap posisi kerja saya. apakah saya sudah tepat pada posisi kerja saya saat sekarang dengan hasil test tersebut.
Mohon pencerahannya dan terima kasih sebelumnya.
Salim
October 26, 2017Assalamu’alaikum
Ini memang benar terjadi pada diri saya, saya selalu gagal dan gagal di psikotes untuk melamar pekerjaan di dunia bank (syariah). Bukan ingin memaksakan diri. Tapi saya sendiri lulusan ekonomi syariah jadi ingin sekali menggeluti dunia itu. Solusi terbaik saya harus cari pekerjaan lain ya pak?
Terlebih lagi saya merasa kasihandan sedih ke kedua orang tua yg sudah mengorbankan biaya dan lainnya untuk saya pak.
Dan sampai sekarang saya selaku anak pertama masih mengganggur
Mohon pencerahannya pak.
Saya benar” galau dan sedih karena selalu gagal, gagal dan gagal
Terima kasih
Wassalamu’alaikum
Angga
October 27, 2017Saya mau tanya pak, sudah 5 kali belakangan ini saya mengikuti tes psikotes di sebuah perusahaan, 2 tes diantaranya saya sangat yakin sekali karena dari soal soal yang diberikan, saya mengerti cara menjawabnya tanpa saya mempelajari dari buku buku psikotes, tetapi yang membuat saya kaget saya tidak lolos, padahal dari seluruh soal sekitar 80 % persen saya jawab dan saya yakin benar. Tapi diakhir ternyata saya gagal. Pertanyaan saya apakah memang saya tidak masuk dengan kriteria yang dibutuhkan oleh perusahaan tersebut atau ada hal lain yang membuat saya gagal dalam tes tersebut.
Haryo Suryosumarto
October 31, 2017Setahu saya psikotes tidak hanya dinilai dari minimum passing grade saja, misal dengan jawaban benar 80% maka anda akan lolos seandainya minimum passing grade adalah 75%. Ada beberapa jenis psikotes yang kriteria lolos atau tidaknya seorang peserta ditentukan berdasarkan comparative standard grade, artinya kalau anda misalnya menjawab 80% benar, tapi psikotes ini hanya akan meloloskan 20% peserta dengan nilai tertinggi, maka bisa jadi jawaban 80% benar anda tidak akan cukup meloloskan anda kalau 20% peserta dengan nilai tertinggi ternyata punya jawaban benar minimal 83%.
Semoga bisa dipahami ya.
yanti
November 15, 2017Dari saya lulus smk tahun 2016 sampe sekarang saya belum dapet pekerjaan dan selalu gagal di tahap psikotes saya selalu menjawab soal dengan yakin dan benar untuk tes seperti hitung2an maupun kreaplin (bahkan kreapil saya selalu paling unggul diantar teman disamping kanan kiri saya) tetapi pernah untuk tes gambar orang saya tidak sesuai instruksi ingin ganti tapi kan ga boleh pake penghapus apa berarti yang buat saya gagal itu adalah tes gambar? Kalopun seperti bapak bilang misal kita gagal dalam psikotes berarti kepribadian kita atau sebenernya skill kita ga cocok di perusahaan itu. Nih pak misal passion saya emang di bagian accounting karna dulu pendidikan saya dibagian itu masalahnya semua perusahaan mencari kandidat yang pendidikan lebih tinggi atau paling tidak berpengalaman. Bagaimana bisa saya bisa bekerja sesuai passion saya tapi saya juga ga sesuai kualifikasi (pendidikan tinggi) semoga bapa mengerti maksud saya dan apa yg mesti saya perbaiki setidaknya beri saya pencerahan pak tolonggvv agar saya tidak selalu iri dengan teman saya yg tes bareng tapi dia keterima padahal dia cuma melamar di beberapa perusahaan saja 🙁
yuris
November 18, 2017Selamat malam Pak
saya ingin bertanya, saya bingung dengan tes tulis/psikotes yang pernah saya ikuti, tes tsb berisi tes numerik, tes verbal dan tes alphabet. pada saat saya mengisi saya merasa yakin karena mengisi dengan teliti dan mengisi lumayan banyak tapi saya tidak lolos sedangkan rekan saya hanya mengisi 10 soal lolos
yang saya bingung apa yang membuat saya tidak lolos dan hasil pengumuman hanya 10 menit setelah tes berlangsung begitu cepat sedangkan peserta yang ikut lebih dari 60 orang
terimakasih pak sebelumnya
Haryo Suryosumarto
November 22, 2017Kalau itu psikotes dengan menggunakan komputer, memang hasilnya bisa langsung diketahui dalam hitungan menit, tapi kalau masih menggunakan paper and pencil test sepertinya aneh pengumuman siapa yang lolos atau tidak bisa diketahui dalam 10 menit, apalagi dengan jumlah peserta 60 orang.
Tes yang anda ikuti apakah sudah menggunakan komputer atau masih manual, mas?
setya
February 15, 2018Selamat malam pak.
Saya ingin bertanya, apa kiat-kiat sukses dalam melakukan wawancara psikolog? Saya selalu gagal di proses itu dan saya bahkan sampai sekarang belum pernah sukses hingga wawancara direksi. Saya jadi minder dan tidak percaya diri, bahkan saya sudah menganggur selama hampir setengah tahun setelah saya lulus.
Terimakasih.
Haryo Suryosumarto
April 5, 2018Kalau saya ketemu Setya, dalam 5-10 menit saya bisa tahu apa penyebab selalu gagal dalam interview. Banyak faktor yang menyebabkan kita gagal dalam sesi wawancara, tapi 90% penyebabnya adalah dari diri kita sendiri, bisa dari sisi attitude, cara bertutur-kata, pembawaan diri, atau si pewawancara tidak bisa menemukan potensi yang ada dalam diri kita karena kita kurang bisa membuka diri dalam sesi wawancara.
Risa
February 24, 2018Selamat malam pak.. Tulisan bapak sangat bagus dan saya termotivasi bahwasanya jika kita gagal psikotes bukan berarti kita yg bodoh. Tapi jujur pak dalam soal psikotes kelemahan saya itu di soal aritmatika. Sedangkan disetiap sesi tes soal itu pasti ada. Dan saya rasa 3 kali saya gagal karena soal aritmatika tsb. Lalu sya harus bagaimana pak? Apakah perlu belajar mendalami soal2 aritmatika?
Haryo Suryosumarto
April 5, 2018Aritmatika sebetulnya bagian dari matematika dasar, hampir dalam semua bidang pekerjaan pasti mempersyaratkan kemampuan berhitung sederhana. Solusinya ya memang harus belajar lebih banyak mengenai aritmatika, terutama dari sisi akurasi jawaban.
Ayuk Shella MS
March 10, 2018Ya Allah setelah membaca blog Bapak saya jadi mengingat kembali kebeberapa waktu yang lalu.
4 tahun yg lalu saya mengikuti psikotes untuk pertama kalinya, padahal saya belum pernah belajar tentang psikotes dan tidak tau bagaimna psikotes tersebut harus dikerjakan tetapi Alhamdulillah saya justru diterima masuk ke tmpat kerja saya yang sekarang. 2 tahun ini saya rajin belajar psikotes dan bnyak buku yg saya beli dan pelajari, tidak jarang juga saya juga bertnya pada recruiter pakar psikong yang saya kenal, dan akhir2 ini saya sering mengikuti rekrutmen ditempat kerja yg lain dan melakukan psikotes lebih dari 7x tapi hasilnya malahh ZONNKKK ??? padahal saya yakin kebanyakan jawaban saya benar. Dari postingan Bapak saya mulai berfikir ulang apa karena jawaban saya almost perfect sehingga susah dinilai ??
Haryo Suryosumarto
April 5, 2018Atau bisa juga jawaban yang sepertinya “terlalu perfect” itu justru menunjukkan kalau kita tidak menjawab sesuai dengan preferensi diri kita sendiri, sehingga Reliability Score (ada beberapa psychological assessment yang menggunakan ini) cenderung rendah sehingga menghasilkan jawaban yang tidak valid.
Rima
April 23, 2018Apakah pengisian dalam identitas termasuk dinilai jg?
Haryo Suryosumarto
April 23, 2018Tidak dinilai, tapi kalau tidak mengisi identitas bagaimana mau mengetahui hasilnya?
irine
May 13, 2018hasil psikotes sebenarnya bisa diakalin gk y pak? misal klo kita pilih jawaban, kita sesuaikan dgn karakter pekerjaan yg dilamar, bukan karakter pribadi kita? klo menurut saya bisa sih?, ntar klo dh kerja tinggal kita yg adaptasi dgn karakter baru kita. jatuhnya kek sociopat?
Haryo Suryosumarto
May 18, 2018Bisa, tapi buat apa menipu diri sendiri demi mendapatkan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kepribadian kita? Kemampuan professional seseorang hanya bisa berkembang optimal kalau kita memang mencintai pekerjaan yang sesuai dengan kepribadian.
Istilahnya, “Ini kerjaan gue banget!”
bayu
May 14, 2018pak bagaimana cara mengenali pekrjaan yang pas untuk saya melailui psikotes
Haryo Suryosumarto
May 18, 2018Meskipun mungkin sudah agak lama disusunnya, tapi coba baca ebook saya
Hadi
July 4, 2018Saya bekerja sebagai pegawai pihak ke3 (outsourcing) di suatu anak perusahaan BUMN selama 3tahun. Dalam kurun waktu tersebut saya sudah 3X mendapat kesempatan untuk mengikuti rekrutmen untuk calon pegawai di perusahaan tersebut namun selalu gagal pada tahap psikotest. Selama tiga tahun saya bekerja di perusahaan tersebut saya selalu menunjukan kinerja yg baik, bahkan banyak karyawan tetap yg belajar kepada saya soal pekerjaan di perusahaan dan banyak yg mengalami kesulitan dalam bekerja di perusahaan ini bertanya kepada saya. Bahkan kemampuan bahasa inggris saya diatas rata2 yg dibutuhkan di perusahaan. Lebih parahnya jika saya harus membandingkan, saya sering menjumpai karyawan yg lolos rekrutmen dan jadi pegawai tetap namun memiliki kemampuan yg sangat pas2an untuk bekerja di perusahaan tersebut. Jadi apakah arti sebuah psikotest jika melihat kasus seperti saya diatas? Mohon untuk dijawab, terimakasih.
Maria
July 26, 2018Selamat malam pak. Tulisan bapak sangat inspiratif. Berkaitan dengan hal tersebut, saya ingin bercerita sedikit dan bertanya. Saya baru saja mengikuti psikotest. Pada sesi I, pemandu menjelaskan bahwa buku soal yang ada jangan dicoret sedikitpun. Namun, entah saya kehilangan konsentrasi karena baru memulai test, maka saya menjawab 2 pertanyaan pada lembar buku soal, setelahnya saya tersadar dan langsung bertanya kepada pihak panitia pelaksana yang mengawasi. Namun mereka menjawab tidak apa-apa dan lanjutkan saja. Namun perasaan saya tidak enak. Dan terlebih lagi, setelah sesi I berakhir, pemandu menjelaskan lagi bahwa, “diharapkan untuk tidak ada yang mencoret buku soal, walaupun hanya berupa coretan kecil, karena tadi masih ada yang mencoret buku soal, karena kalau kami tegur di sini kan tidak enak. Namun, hal itu hanya merugikan diri kalian sendiri”.
Nah, yang ingin saya tanyakan adalah apakah hal tersebut berakibat fatal dan berpengaruh terhadap kelulusan saya pak? Karena mungkin itu dapat menjadi penilaian awal yang objektif dan ditandai oleh pihak panitia. Selain itu, apakah ada hal teknis atau non-teknis yang dapat langsung menggagalkan peserta dalam psikotest? Sudi kiranya bapak memberi jawaban serta masukan terhadap saya yang sedang dilanda kegalauan.
Atas perhatian dan kesediaan bapak membaca komentar ini, saya ucapkan terima kasih.
Haryo Suryosumarto
July 29, 2018Menjalani psikotes itu sudah cukup berat, jadi jangan terlalu memusingkan hal-hal yang sudah lewat dan tidak mungkin kita ubah. Seandainya tidak lolos karena hal-hal diluar psikotes-nya, yang dapat kita lakukan hanya memetik pelajaran dari situ agar kedepannya kita tidak mengulang kesalahan yang sama. Usahakan tetap fokus pada hal-hal yang ada dalam kendali kita, dan tidak perlu risau pada hal-hal yang diluar kendali kita.
Septian
August 6, 2018Assalamu’alaikum, iseng-iseng sembari menunggu hasil psikotest yang dilaksanakan 24 juli kemarin dan hasilnya akan di umumkan besok saya mencari-cari info apa saja hal yang dapat menggagalkan seseorang dalam psikotes,karena jujur kemarin waktu sebelum ujian saya tidak membeli buku dan belajar psikotes sama sekali yang menyebabkan saya kepikiran terus menerus lulus atau tidaknya.Waktu ujian pada saat itu saya benar benar jujur menjawab semua pertanyaan dan masih banyak yang kosong.Saya berusaha tenang dan tidak panik dalam mengerjakan tes demi tes agar hasilnya sesuai pada apa yang ada pada diri saya.Dalam mengerjakan tes HTP,Warteg pun saya menggambar sesuka hati saya,seperti sy menggambar pada biasanya..Pertanyannya,apakah yang saya lakukan sudah benar dalam mengerjakan psikotest pak???
.
.Terimakasih atas informasi dan jawabannya pak
Muhamad Ilham
August 6, 2018Selamat siang pak, saya baru selesai mengikuti psikotes pertama saya, sebelumnya saya bekerja sebagai desain grafis otodidak di kampung, dan selama itu saya belum pernah melamar, selalu di rekrut di beberapa perusahaan. Saya melamar kerja di jakarta dan mendapatkan panggilan untuk psikotes & interview. Saat mengikuti psikotes membuat contoh pengerjaan soal 5 jawaban saya betul, tapi hasil akhir saya tidak lolos, apakah pengalaman kerja mempengaruhi pak? Karena saya melamar beda bidang dari pengalaman sebelumnya. Terima kasih