Beberapa tahun yang lalu sebelum menjadi konsultan di bidang rekrutmen, saya tidak terlalu peduli kalau ada rekan yang berkeluh-kesah ketika sedang menjalani proses rekrutmen di sebuah perusahaan.
Namun kini setelah saya berkecimpung di bidang rekrutmen dan mencoba mengingat-ingat kembali, ternyata kebanyakan rekan-rekan yang berkeluh kesah kala itu memiliki sebuah kesamaan, mereka rata-rata berharap dalam proses rekrutmen tersebut tidak ada tahapan psikotes yang mesti dilalui.
Psikotes, psikotest, psychometric test, psychological assessment, atau dengan istilah apapun orang menyebutnya, harus diakui seakan-akan menjadi sebuah momok yang menakutkan dalam sebuah proses rekrutmen. Banyak orang yang merasa bahwa kesempatan untuk bekerja di perusahaan idaman menjadi sirna ketika harus menjalani psikotes dan akhirnya gagal dalam tahapan tersebut.
Saya akui saya bukan berprofesi sebagai psikolog (meskipun Insya Allah tahun ini juga akan memulai kuliah S2 di Program Magister Psikologi Terapan), jadi kali ini saya ingin membatasi cakupan tulisan dengan membahas psikotes ini dari sisi seorang recruiter yang kebetulan memahami esensi dan tujuan dari pelaksanaan sebuah psikotes.
Kalau mengacu pada pemahaman secara bebas, sebetulnya psikotes dimaksudkan untuk mencari orang dengan karakteristik tertentu yang dirasa tepat untuk mengisi sebuah posisi di perusahaan dan kemudian orang tersebut diharapkan sanggup menjalankan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan hasil terbaik.
Nah, kalau dibaca sekali lagi dari paragraf diatas, ada dua hal yang harus diperhatikan. Pertama adalah menyangkut soal karakter. Kedua adalah menyangkut soal kinerja.
Dua hal ini saling berkaitan karena dari sononya setiap orang memang memiliki karakter kepribadian yang berbeda dan membuatnya memiliki preferensi pekerjaan dan lingkungan kerja yang berbeda-beda pula.
Bayangkan kalau saya dulu diterima di jurusan akuntansi padahal saya bukanlah orang yang detail oriented, bisa-bisa saya lulus setelah menempuh kuliah sepuluh tahun dan setelah itu tidak akan pernah bisa bekerja sebagai akuntan karena selalu gagal dalam psikotes.
Tapi kalau boleh saya membesarkan hati anda yang merasa selalu gagal dalam psikotes, sebetulnya tidak ada istilah gagal psikotes atau tidak lulus psikotes. Sebaliknya anda justru harus bersyukur kalau selama ini anda selalu gagal dalam psikotes, karena itu memberikan indikasi yang cukup jelas kalau selama ini anda ternyata sedang mengejar karir ke arah yang keliru.
Mungkin yang terbaik untuk anda memang bukan berkarir di bidang itu. Jadi tidak ada gunanya juga anda ngebet ingin menjadi profesional di bidang human resources kalau anda adalah orang yang terlalu kaku, sulit bergaul dan lebih suka bekerja sendiri. Sampai kapan pun anda akan selalu failed di psikotes untuk dapat diproses lebih lanjut untuk posisi HR.
Jadi setiap kali menghadapi psikotes, santai saja. Tidak perlu membuang uang untuk membeli buku-buku psikotes yang terbit di pasaran. Itu mungkin akan membantu anda untuk menjawab soal-soal psikotes, tapi itu tidak akan membantu anda untuk menemukan pekerjaan yang paling sesuai dengan karakter anda yang memang unik dan berbeda dengan orang lain.
Sekali lagi saya berikan penekanan, setiap orang adalah individu unik dan berbeda dengan orang lain.
Kalau anda masih tetap berkeras ingin bisa lolos dalam tahapan psikotes, saya hanya bisa menyarankan satu hal: cari dulu bidang pekerjaan yang memang betul-betul sesuai dengan karakter anda.
Kalau anda sudah menemukan bidang pekerjaan tersebut, percayalah ketika anda melamar ke satu perusahaan untuk pekerjaan yang sesuai dengan karakter anda, psikotes macam apapun bisa anda lalui dengan mudah dan dengan hasil yang memuaskan semua pihak.
Sebagai langkah awal sebelum berkonsultasi dengan psikolog profesional, anda bisa membaca ebook yang saya tulis beberapa waktu yang lalu. Dibalik kesederhanaan proses asesmen yang dibahas dalam buku tersebut, sebetulnya itu sudah cukup untuk memberikan gambaran mengenai diri, karakter dan preferensi anda di dunia kerja, termasuk didalamnya bidang pekerjaan atau profesi apa yang kiranya cocok untuk anda.
Semoga bisa membantu untuk membuka wawasan kita semua mengenai psikotes, khususnya dalam dunia kerja.
Update 12 September 2017:
Artikel ini saya tulis di bulan April 2009 dan sampai hari ini, atau setelah lebih dari 8 tahun, rata-rata masih dibaca sekitar 1500 kali setiap bulannya dengan komen yang juga terus berdatangan. Artinya memang banyak yang menganggap psikotes ini sebagai momok yang menakutkan dalam proses rekrutmen.
Yuk, kita sama-sama belajar menyikapi psikotes dengan lebih bijaksana dalam event yang diselenggarakan oleh Jobplanet berkolaborasi dengan perusahaan saya, PT Headhunter Indonesia, pada hari Kamis tanggal 28 September 2017 pukul 18.30 WIB.
Untuk yang berdomisili di Jabodetabek dan berminat untuk hadir, silakan segera mendaftarkan diri karena acara ini tidak dipungut biaya tapi tempat sangat terbatas.
Info selengkapnya bisa dibaca disini.
Zakaria
August 7, 2018Selamat malam pak
Saya mau sedikit bertanya tentang test psikimetri atau tes kejiwaan
Kemarin saya test kejiwaan dengan metode MMPI yang berisi 566 pernyataan (bukan pertanyaan tentunya), nah saat sudah selesai beberapa hari kemudian saya dinyatakan bahwa hasil saya “tidak direkomendasikan”, alias saya gagal.
Yg mau saya tanyakan,
1. apa yg salah dengan kejiwaan diri saya? Semantara saya merasa baik-baik saja tidak pernah merasa ada yang janggal dengan diri saya.
2. Apa mungkin pengaruh mental sebelum test (strees, banyak pikiran/beban, dll) mempengaruhi hasil test MMPI tersebut?
3. Apa benar test MMPI ini memakai hasil gagal/lulus atau hanya untuk mengetahui kondisi kejiwaan saja?
Haryo Suryosumarto
September 15, 2018Mohon maaf saya tidak familiar dengan MMPI jadi tidak bisa menjawabnya.
Jerrey
August 27, 2018Kalau boleh saya komen. Psikotes belum tentu berhasil melihat seorang itu mampu bekerja di posisi itu. Karena kita belum melihat kinerja mereka. Hanya ngadelin psikotes itu sama aja kaya orang tekateki. Karena bisa aja orang itu jago psikotes tapi hasil kerja berantakan banyak ga masuk kerja dll.
rahmat
November 24, 2018Penilai untuk soal soal psikotes bagai mna,,apa kalau di jawab salah akan menghilangkan point atau tidak usah di jawab yang kita. Tidak tahu biar point kita tidak berkurang
Aprianti
December 14, 2018Pak mau hanya, Saya tes psikotes tapi Salah baca perintah pengisian. Apakah hasilnya Akan tetap keluar? Atau sudah pasti gagal??
#responseplease 🙁
Haryo Suryosumarto
December 15, 2018Besar kemungkinan failed.
Eva
December 19, 2018Pak, saya mau nanya saya kan baru tes psikotes, terus ditanya sama psikolognya kamu latihan ya sebelum tes koran? Itu maksudnya apa ya pak? Terima kasih.
Haryo Suryosumarto
January 9, 2019Maksudnya bisa dua: antara hasilnya luar biasa, atau justru sebaliknya hasilnya tidak wajar. Jawab saja dengan jujur pertanyaan tersebut.
Eka
December 29, 2018Selamat Siang,
Pak, sy mau tanya… kemarin kan sy ikut psikotes dan ada gambar2. dan sy melakukan kesalahan, jadi halaman depan harusnya untuk nama nomor tes saja dan belakangnya gambar tapi saya gambarnya di satu halaman dengan nama nomor tes. Kesalahan ini berpengaruh saya dapat TDR ngga dari psikolognya ya? sy sampai tidak bisa tidur mikirinnya.
Haryo Suryosumarto
January 9, 2019Ketelitian dalam mengikuti instruksi ketika menjalani psikotes sebetulnya salah satu aspek paling elementer yang dinilai. Saya terus terang termasuk kedalam golongan yang tidak akan memproses kandidat yang tidak mengikuti instruksi pengisian pada lembar jawaban psikotes.
Stanley
February 12, 2019Selamat Sore Pak Haryo,
Beberapa bulan lalu saya mengikuti psikotes dan wawancara kerja (langsung ketemu dengan User dan HRD Mgr.) Dan setelah lewat sebulan saya coba telpon ke staff HRD (yg sebelumnya menghubungi saya). Saya menanyakan progressnya. Dan dijawab : “Belum pak masih direview tunggu kabar via email.” Setelah itu sebulan kemudia saya coba menghubungi kembali dan jawabannya sama. Menurut bapak memang kondisinya masih direview ataukan penolakan secara halus dari staff HRD ? Mohon tanggapannya. Terimakasih
Haryo Suryosumarto
February 12, 2019Move on, Mas. Karena kalau ditunggu kuatirnya nanti malah Anda merasa di-PHP. Sebaliknya kalau mereka menghubungi ketika Anda sudah bekerja di tempat lain, sampaikan saja, “Saya waktu itu menunggu kabar lumayan lama dan tidak ada informasi apapun, jadi saya sudah menerima penawaran kerja di tempat lain.”
Memang itu masih menjadi penyakit profesional HR di Indonesia, sering membiarkan kandidat yang sudah diproses menunggu tanpa ada kepastian apakah proses rekrutmennya masih lanjut atau gagal. Jadi mohon dimaklumi saja, dan anggap kalau sudah lebih dari dua bulan tidak ada kabar berarti asumsikan Anda belum berhasil lanjut ke tahap berikutnya.
Lina
February 23, 2019Selamat pagi pak, saya mau bertanya, suami saya waktu jadwal psikotest badannya agak kurang fit, akhirnya gagal. Nah sekarang ini suami saya melamar di perusahaan yang sama, dengan posisi yang di bawah posisi yang dilamar sebelumnya dan lolos wawancara. Namun mereka masih ingat hasil psikotes sebelumnya (yang tidak dalam kondisi fit), apakah bisa atau pantaskah jika suami saya meminta tes ulang? (Karena punya contact person-nya) terima kasih sebelumnya
Lina
February 23, 2019Mohon maaf, ralat pertanyaan sebelumnya:
Selamat pagi pak, saya mau bertanya, suami saya waktu jadwal psikotest badannya agak kurang fit, akhirnya gagal. Nah sekarang ini suami saya melamar di perusahaan yang sama, dengan posisi yang di bawah posisi yang dilamar sebelumnya dan lolos wawancara. Namun mereka masih ingat hasil psikotes sebelumnya (yang tidak dalam kondisi fit), apakah bisa atau pantaskah jika suami saya meminta tes ulang? (Karena punya kenalan di perusahaan tersebut dan juga masih ada nomor staff HRD) terima kasih sebelumnya
Haryo Suryosumarto
March 29, 2019Silakan saja, tidak ada masalah.
lidya
March 19, 2019Saya mau nanya soal tes gambar. Intruksinya pohon yg berkayu. Lalu yang saya gambar adalah pohon kelapa yg mana kita tahu pohon kelapa kan bisa di pake batangnya untuk kayu. Lalu sya di komentarin soal itu. Kira2 knpa ya ?
Haryo Suryosumarto
March 29, 2019Biasanya diinstruksikan kecuali pohon kelapa.
Ipras
March 25, 2019Malam pak,
Kalo saat psikotest soalnya susah itu bagusnya gag dikerjain apa gimana pak? Kadang soalnya memang susah2 sekali.
Saya udah pusing psikotest pengen lgsg prakteknya aja. Udah Susah cari kerja psikotest juga susah.
Haryo Suryosumarto
March 29, 2019Cari lowongan kerja yang tidak mempersyaratkan psikotes, kalau selalu ada psikotes ya jalani saja dengan sungguh-sungguh dan ikhlas.
Ardiansyah
March 29, 2019Pak saya mau bertanya, dalan tes ada jawaban yg saya tidak isi apakah itu bisa gagal
Haryo Suryosumarto
March 29, 2019Tergantung berapa banyak yang tidak diisi, kalau tidak diisi semua ya pasti gagal 🙂
Dean
March 31, 2019Dear Pak Haryo, tulisannya sangat bagus sekali??? Cuma untuk kasus saya, saya ini kok masih bingung ya pak.
Saya frash graduate baru lulus 4 bulan yg lalu, sudah ikut banyak psikotes (ada kali seminggu sekali saya dateng psikotes) tapi SATU PUN GA ADA YG LOLOS??
Saya masih bingung salah saya ini di bagian mananya ya. Sering banget saya ikut psikotes yg sehari jadi langsung interview (langsung diumumin hari itu juga). Jujur, saya ngerjainnya ya bener apa adanya tapi ga pernah lolos.
Untuk soal seperti deret, hitungan, sinonim saya mengerjakan sebisanya ya walaupun ga semua dikerjakan tapi saya yakin yg saya jawab benar.
Untuk tes kepribadian sering saya nemuin tes DISC, PAPI, WARTEGG, gambar pohon&orang. Untuk yg gambar jujur emang parah bgt karna saya ga jago gambar tapi sebisa mungkin yg saya gambar itu detail bagian2nya.
Untuk tes seperti DISC/PAPI saya jawab jujur pak. Saya biasanya apply untuk bagian Admin, Finance/Accounting. Saya jawab yg berhubungan dengan “tugas yg detail, rapi, pekerja keras” dan itu memang kepribadian saya yg sebenernya dan saya memang kurang untuk menjawab hal2 seperti “memotivasi orang lain, atau yg berhubungan dengan orang lain”, saya juga selalu kurang setuju dengan hal seperti “heboh, suka berpetualang, suka keramaian” saya jadi mikir apa saya salah dari jawaban itu????
Saya pikir apakah saya sangat “PSYCHO” karna ga jawab hal2 kaya gitu??? Padahal trik2 psikotes yg mengharuskan untuk menjawab dengan konsisten membuat saya gabisa jawab hal2 kaya gitu (maksudnya saya jadi lebih konsisten ke jawaban saya seperti pekerja keras, detail,etc)???
Jujur saya bingung bgt padahal itu emang kepribadian sebenarnya.
Saya jadi mikir kalo emang saya salah dibagian itu maka sampai kiamat pun saya ga akan bisa kerja dong pak???
Awalnya saya mikir mungkin saya ga keterima karna saya kurang pengalaman, tapi dengan HASIL TES SEHARI itu para recruiter liat darimana??? Bahkan saya pernah ikut psikotes sudah capek2 tes koran 2 halaman penuh, HR langsung ngumumin hasil setelah kita2 ngerjain tes koran????? Bahkan tes korannya saja belum diperiksa. Makanya saya bingung penilaiannya darimana coba????
Darisitu saya makin bingung keinginan HR tuh kandidat yg bagaimana?? Kalo emang pengen yg pengalaman kenapa saya yg cuma pernah sekali magang dipanggil untuk psikotes?? Padahal di CV sudah jelas saya cuma pernah sekali magang dan ikut 2 organisasi kampus. Apa para HR itu tidak tau kalo untuk ikut psikotes juga butuh ongkos yg tidak sedikit?? Jujur saya orang susah, ngeluarin ongkos untuk hal yg impossible kan jatuhnya jadi percuma ya hehehe
Dan lagi semakin banyak kegagalan ini bikin saya jadi stress banget, gampang sakit, sepertinya gejala2 depresi udah mulai muncul wkwk.
Saya emang freshgrad tapi saya udah 24 tahun, saya yakin umur segitu udah termasuk tua untuk ukuran freshgrad, makanya saya jadi tambah stress. Dan lagi ekspektasi orangtua ke saya besar bgt malah bikin tambah stress apalagi bisa dibilang IPK saya lumayan tinggi jadi harapan mereka tambah besar, ngeliat IGstories temen yg udah kerja juga makin bikin ga nyaman (alhasil saya jadi jarang liat IG untuk ketenangan batin, jiwa dan raga hehe???). Nulis komen ini pun sudah banjir mata saya hehe.
Eh ternyata panjang ya komennya. Maaf pak saya jadi curhat??.
Mohon pencerahan dan solusinya.
Terimakasih. Semoga bapak sukses dan sehat selalu???
Deni
May 19, 2019Kok nasibnya sama sih bro wkwk
Haryo Suryosumarto
May 19, 2019Dean dan Deni… (kenapa kok namanya mirip dan nasibnya juga mirip yak?)
Hasil psikotes itu setahu saya diskor total dan di-ranking, bisa jadi ketika anda tidak lolos psikotes, total skor anda sebetulnya bisa jadi sudah diatas passing grade, tapi karena masih banyak yang total skor diatas anda, makanya anda (terkesan) tidak lolos.
Ya itulah realita mencari pekerjaan, perusahaan hanya mau shortlist kandidat yang dinilai (diatas kertas) berpotensi dan dinilai lebih unggul dari para kandidat lainnya.
Alternatif yang bisa diambil ada dua:
1. Melamar pekerjaan yang tidak mempersyaratkan psikotes
2. Melamar pekerjaan yang dinilai lebih cocok dengan kepribadian kita
Bani
July 30, 2019persis sama kaya gw, dan hari ini baru aja gagal psikotest, entah kenapa semua yang ada di indonesia diliatnya dari nilai bukan proses, sehari bisa nentuin orang layak atau nggak
Viko
August 18, 2019Wkwk sama saya juga udah psikotest online dan langsung bahkan sampe rela jauh2 ke luar kota dengan ongkos yg sangat mahal hanya untuk mencari kerja, tapi hasil malah nihil dan anehnya selalu gagal di bagian psikotest, jujur tuntutan hidup kita sama bro… saya juga lulus dgn ipk lumayan tinggi plus ekspetasi orang tua juga tinggi mengingat saya anak pertama. Sejauh ini jujur seneng campur sedih kalo liat temen2 yang progress hidupnya melesat jauh kayak roket NASA dibanding saya 😀 btw saya juga udah lamar pekerjaan yang non psikotest cuma rata2 pekerjaan itu kebanyakan sales/marketing, pokoknya yg jualan tapi harus mencapai target kalo gak ya gak dpt gaji juga dan jujur itu bukan passion ane gan 🙁
Tri amar
April 9, 2019Malam pak, izin bertanya.
Apakah kalau kita menjawab soal terus salah, poin berkurang? Mohon jawabannya pak
Haryo Suryosumarto
May 2, 2019Tidak ada pengurangan poin sepengetahuan saya. Ini kan bukan ujian… 🙂
Lina
April 14, 2019Terima kasih atas jawabannya pak. Mohon doanya agar sukses
diah
April 27, 2019Pak mau ditanya klo misalny dalam wawancara disuruh tulis dari keseluruhan kandidat siapa menurutmu yang pantas. bagusnya jawab diri sendiri atau orang lain?
Haryo Suryosumarto
May 2, 2019Ini tidak ada jawaban benar salah, jawab saja sesuai dengan apa yang dipikirkan, yang ingin didengar adalah alasan logis dibalik jawaban tersebut.
Viktoria elisabeth Rau
April 30, 2019Siang pak, maaf mau tanya saya barusan psikotest tahap pertama (aritmatik,sinonim antonim,krapelin) lolos, terus tahap kedua dilihat lagi gambar sama warteg tapi dikatakan tidak lolos…apa yang salah yah pak sama test wartegnya?
Haryo Suryosumarto
May 2, 2019Saya tidak bisa menjawab, tapi tentunya ada standar penilaian dari psikolog yang berwenang di rekrutmen tersebut untuk menentukan siapa yang lolos dan tidak.
Striveforbetter
May 3, 2019Hi Pa Haryo,
Tulisannya bagus sekali dan cukup menenangkan saya yang barusan gagal di tes BUMN.. Saya mau tanya Pak, semasa kuliah saya beberapa kali ikut psikotes dan lolos lolos aja, bahkan lolos nya sampai ke jadi penerima beasiswa. Tapi sudah dua kali saya coba melamar ke BUMN dan gagal. Keduanya menggunakan tes EPPS (yg terakhir ini malah EPPS saja, tapi disebutnya Asesmen Tata Nilai BUMN berjumlah 75 butir). Saya gagal di Asesmen tersebut, jadi bertanya tanya, apakah ada yang salah dengan kejiwaan saya ya Pak? Mohon pencerahannya.
Haryo Suryosumarto
May 3, 2019Gagal psikotes bukan berarti ada kelainan jiwa lho ya… sama sekali tidak ada hubungannya.
Kalau sudah dua kali gagal di tes BUMN, coba sektor swasta, jangan terpaku pada satu pintu yang tertutup — karena ketika satu pintu tertutup, masih banyak pintu lain yang terbuka lebar — masalahnya kadang kita terlalu fokus pada satu pintu yang sudah tertutup itu.
Ayo, move on! Masih banyak kesempatan lain yang tidak kalah menariknya diluar sana. Semangat selalu.
Fahmisetiawan
May 16, 2019Assalamualaikum pak .
Saya baru mau mulai pak.
Sebenarnya tes psikotes itu harusnya dan bagusnya bgaimana pak?
Haryo Suryosumarto
May 17, 2019Be yourself, kerjakan psikotes sebaik dan semampu kita, berdasarkan preferensi pribadi yang dirasa paling sesuai dengan karakter diri sendiri.
Deni
May 19, 2019Permisi pak, sebenernya HR tau gak sih pak, klo kadang ada org yg lolos karena latihan dan lain-lain sedangkan yang jawab karena seadaanya gak keterima-terima, kadang aneh aja,
Haryo Suryosumarto
May 19, 2019Lolos psikotes itu tidak menjamin orang langsung diterima bekerja kan?
Dari proses rekrutmen yang umum dilakukan di perusahaan, psikotes itu biasanya masih di tahapan awal. Lolos psikotes bisa jadi dia tidak lolos di tahapan selanjutnya karena hasil psikotes yang baik tidak menjamin orang itu memiliki kualitas secara utuh seperti yang diharapkan perusahaan.
Alan
May 25, 2019Pak mau tanya, tadi saya sudah psikotest kemudian lanjut interview… Nah pas interview saya di tanya ” kenapa ijazah s1 kamu di pake di bagian operator produksi, sayang loh, gini aja kamu saya pending nanti klo ada loker bagian office saya telpon. Saya jawab” loh apa salah saya lulusan s1 ngelamar di operator produksi? Itu keinginan saya sendiri bu… Apa saya salah yah pak ??
Haryo Suryosumarto
May 25, 2019Nggak ada yang salah sebetulnya. Cuma dari pihak perusahaan melihat dari dua sisi.
Pertama, mereka menilai Alan overqualified untuk posisi Operator Produksi, dimana mereka mungkin hanya membutuhkan kandidat dengan kualifikasi dibawah S1.
Kedua, mungkin selama ini mereka justru kesulitan mendapatkan kandidat dengan kualifikasi S1 yang sesuai untuk posisi di office, jadi mereka menilai Alan akan lebih cocok kalau ditempatkan di office — ketika mereka ada lowongan yang tepat.
Selalu berusaha melihat segala sesuatu dari sisi positif, jadi kita juga lebih nothing to lose ketika melamar pekerjaan.
Marfuatun
May 26, 2019Assalamualaikum pak. Kemarin baru tes psikometri online. Apakah tes online langsung mengeluarkan hasil nya atau bgmna pak?
Haryo Suryosumarto
June 17, 2019Wa’alaikum salam, biasanya tes online bisa langsung keluar hasilnya.
Aisy
June 28, 2019Pak besok saya psikotes SMA apakah perlu belajar?
Haryo Suryosumarto
June 29, 2019Nggak perlu, lebih baik istirahat yang cukup di malam hari dan sarapan dulu di pagi harinya.
Muhammad Abdul Gani
June 29, 2019Terima kasih atas informasinya min, semoga saya lolos tes psikotes kerja nanti. aamiin. saya juga memiliki artikel tentang tips dan trik tes psikologi, silahkan cek tautan ini:
http://muhammad-abdul-gani-fst18.web.unair.ac.id/artikel_detail-243609-unair.ac.id-Tips%20Tes%20Psikotes.html
MIFTAH
July 30, 2019Selamat hari ini pak. Saya freshgrad yang sedang mencoba mengikuti tes kerja di beberapa perusahaan. Saya coba di 3 perusahaan yang cukup ternama di Indonesia. Perusahaan pertama saya lolos psikotes karena memang cukup singkat dan tidak mengandung tes koran, wartegg, ataupun tes gambar lainnya. Wawancara HRD dan user sudah saya lalui juga Saat ini saya masih menunggu pengumuman untuk tes tersebut.
Sambil menunggu pengumuman hasil tes, Saya mencoba tes di perusahaan lain. Tes tersebut diawali dengan psikotes yang banyak dan sangat lengkap sampai memakan waktu sekitar 3,5 jam. Saya yakin betul bisa menjawab waktu tes urutan gambar, gambar yang beda, deret angka, mencari titik, hingga jumlah balok yg menempel pada sisi itu pun saya bisa dan cenderung selesai lebih awal dibandingkan kanan kiri saya. Lalu selanjutnya di tes pauli saya mulai mengalami masalah, saya rasa diri saya tidak bisa secepat yang lain. Padahal saya jika mengerjakan sesuatu diluar tes demikian cenderung lebih cepat, bahkan di tes sebelumnya pun saya lebih cepat. Apakah memang pauli menjadi penilaian utama? Soalnya saya gagal di psikotes tersebut, dan saya mencoba di perusahaan ketiga, sama seperti sebelumnya saya sangat mudah menyelesaikan soal2 awal hingga sampai di pauli saya merasa kurang cepat dibanding yang lain. Ketika tes gambar dan kepribadian belum dikoreksi, tibalah pengumuman dan saya dinyatakan gagal dalam psikotes. Saya sangat yakin tes urutan gambar, angka, mencari lokasi titik dll saya bisa. Saya hanya agak lama di pauli karena terlalu berpikir bahwa itu perkalian untuk sebagian angka misal 2 dan 3. Juga karena selama saya kuliah di Elektro dengan ketelitian yang diutamakan, maka ada kecenderungan saya mengulang perhitungan karena tidak percaya dengan hasil pertama. Untuk tes gambar pohon, wartegg, dan orang saya sudah belajar dari YouTube, dan menurut saya kemampuan saya disitu sudah cukup baik. Jadi, apakah memang tes pauli sering menjadi indikator utama dalam proses rekrutmen? Mohon balasannya, Pak. Semoga bisa bermanfaat juga bagi yang lain. Disisi lain, dalam setiap kegagalan saya juga sadar jika itu memang bukan rezeki saya.
Haryo Suryosumarto
August 28, 2019Tiap perusahaan punya standar yang berbeda-beda untuk menentukan apakah seorang kandidat dinyatakan lolos atau tidak. Saya pikir Pauli bukan satu-satunya penentu, tapi yang tahu pasti kriteria kelolosan adalah si recruiter di perusahaan tersebut.
bani
July 30, 2019pak mau tanya, psikotest ituh ada benar dan salah gak? kaya soal aritmatika, ataupun sinonim dan antonim? dan jika demikian berarti harus belajar dong? dan ituh bukannya melihat jati diri malah hanya mencari mana yang lebih pintar?
Haryo Suryosumarto
August 28, 2019Secara umum, psikotes didesain untuk mengukur kesesuaian antara karakter kepribadian dan/atau kemampuan berpikir seorang kandidat dengan posisi yang dilamarnya. Jadi biasanya psikotes yang umum ditemui mencakup Personality Assessment (untuk mengetahui karakter kepribadian kandidat) dan Aptitude Test (untuk mengukur logika berpikir atau kecerdasan umum kandidat).
Silvia Junitania Haryanti
September 10, 2019assalamualikum. pak saya mau bertanya. kmrn saya ikut tes rekrutmen di sebuah bank. nah kan ada tes kepribadian yaitu tes papi. nah d skoring L dan A saya nilainya 0 pak dan juga ada nilai 9 nya tp saya lupa d kolom huruf apa. itu nanti kemungkinan saya gakan lulus ya pak? karna saya baca kalo ada skoring 0 dan 9 sudah ekstrim.
terimakasih pak
anneke gunawan
November 18, 2019Pak Haryo,
Terima kasih atas artikel yang menarik….Saya bekerja di institusi pendidikan yang mengharusnya semua pekerja untuk ambil bagian dalam psikotes sebagai bagian dari keperluan akreditasi. Jadi psikotes yg kami ambil itu bukan untuk menentukan apakah kami fit di dalah perusahaaan atau tidak.
Yang menjadi pertanyaan saya, alasan khusus apa dari pihak HRD (perusahaan) untuk tidak merelease hasil psikotes kepada semua staff?
Saya merasa kurang adil bila kami sudah ambil bagian selam 3 jam untuk psikotes tanpa tidak boleh diberitahukan akan hasilnya. Apakah ada alasan2 dari pihak HRD atau perusahaan untuk tidak memberitahu hasil samasekali?
Mohon pencerahannya…. terima kasih pak Haryo!
Salam,
Anneke
Haryo Suryosumarto
November 18, 2019Biasanya alasan yang diberikan HRD adalah itu termasuk dokumen rahasia. Padahal kalau pemikirannya bisa digeser kearah pengembangan talenta internal, seharusnya dokumen hasil psikotes itu justru dijadikan sebagai dasar untuk melakukan career development coaching untuk seluruh pegawai, sehingga memastikan setiap orang ditempatkan sesuai dengan minat dan bakatnya masing-masing, serta bagaimana seharusnya setiap pegawai dikembangkan sehingga potensinya bisa berkembang optimal dengan bekerja di perusahaan tersebut. Itu sebabnya pegawai pun seharusnya berhak untuk mendapatkan dokumen hasil psikotes tersebut sebagai bahan evaluasi diri untuk perbaikan diri kedepannya.
Bukannya mau mendiskreditkan, tapi HRD yang masih punya pemikiran seperti itu biasanya HRD yang masih punya traditional mindset, dan masih terfokus pada menjalankan fungsi HR sebatas administrasi, dan belum sampai ke HR sebagai business partner.