Satu hal yang sudah saya antisipasi dari awal ketika memutuskan untuk menjadi konsultan independen adalah tuntutan untuk bisa menjadi seorang multi tasker yang efisien. Membalas email klien, menelepon prospective client, merevisi kontrak (untung saya dulu kuliah di Fakultas Hukum!), menyiapkan proposal, berbicara dengan kandidat, membangun database kandidat, membaca berita-berita aktual seputar Pemilihan Presiden, mengikuti perkembangan berbagai isu baru di dunia HR, mengikuti berita playoff NBA, bermain Twitter, mengakses Facebook, menonton acara BBC Knowledge, bermain dengan kedua putri saya, menjemput istri pulang kantor, dan berusaha menaikkan berat badan adalah sebagian aktifitas rutin harian saya sekarang.
*kalau dibaca lagi, kok kegiatan yang tidak berkaitan justru lebih banyak ya?*
Tapi setelah dipikir-pikir dan dibandingkan dengan kondisi beberapa bulan yang lalu, sepertinya saya sekarang ini merasa lebih bahagia meski tidak punya jaminan akan bisa mendapatkan penghasilan tetap setiap bulannya seperti layaknya kalau masih menjadi orang kantoran.
Entahlah, bisa jadi karena pada dasarnya saya sudah yakin untuk menjalani ini sepenuh hati ditambah dengan restu dari istri, apapun halangan yang ada di depan nantinya pasti akan saya hantam! Ditambah lagi saya masih punya beberapa rencana yang cukup menarik menyangkut bisnis rekrutmen saya di masa akan datang yang sekarang ini masih dalam status ‘pematangan’.
Mungkin itu juga salah satu sebabnya mengapa saya merasa lebih bahagia, karena saya kini jadi bebas mengeksplor segala kemungkinan dan punya otoritas untuk mengeksekusi semua rencana yang ada di kepala saya tanpa perlu meminta persetujuan siapa pun (kecuali persetujuan istri saya tentunya — kalau itu menyangkut masalah uang). Memang dari dulu melamun dan membayangkan segala kemungkinan solusi kreatif dari satu masalah adalah kegemaran saya, jadi ketika saya mendapat ide dan mencoba mengaplikasikannya, I always feel excited and very happy.
Nah, kalau kemudian kita belokkan pembicaraan ke soal kebahagiaan alias happiness ini, kemarin saya membaca sebuah artikel menarik dari situs majalah Forbes yang membahas mengenai World’s Happiest Places.
Seperti sudah diduga, Indonesia (jelas) tidak termasuk dalam 10 besar negara di dunia yang tingkat kebahagiaannya paling tinggi. 10 besarnya adalah sebagai berikut:
1. Denmark
2. Finlandia
3. Belanda
4. Swedia
5. Irlandia
6. Kanada
7. Swiss
8. Selandia Baru
9. Norwegia
10. Belgia
Kalau melihat dari daftar diatas, memang semuanya merupakan negara-negara maju dengan pendapatan per kapita yang tinggi dan tingkat pengangguran yang rendah. Tapi apakah itu selalu menjamin bahwa setiap orang pasti akan menemukan kebahagiaan ketika mesti menjalani hidup di negara-negara tersebut?
Saya pikir jawabannya belum tentu.
Saya pribadi termasuk penganut paham bahwa kebahagiaan itu tidak bisa ditentukan oleh faktor-faktor eksternal yang ada diluar kekuasaan kita. Kalau anda memang mau bahagia, anda sendiri yang harus mencarinya kedalam diri sendiri, salah satunya adalah dengan melatih pikiran untuk selalu bahagia.
Jadi faktor-faktor internal sebetulnya jauh lebih menentukan disini dibandingkan faktor-faktor eksternal.
Kalau boleh menuangkannya kedalam bentuk tulisan, ada beberapa hal berdasarkan pengalaman pribadi saya yang mungkin bisa membantu untuk membuat anda juga bisa menjadi lebih bahagia dalam menjalani hidup:
1. Bersyukur
Saya tempatkan ini menjadi yang nomor satu karena saya melihat bahwa banyak orang menjadi tidak atau kurang bahagia karena melihat orang lain memiliki kelebihan dibandingkan dirinya. Sebagai contoh, kalau saya mengingat dan membandingkan diri saya dengan teman-teman kuliah saya dulu yang kini sudah mapan bekerja sebagai lawyer di berbagai law firm ternama, perusahaan minyak asing, atau raksasa multinasional lainnya, saya bisa-bisa mengutuki diri saya yang kini cuma bisa menjadi konsultan independen dengan penghasilan per bulan yang tidak menentu jumlahnya
Tapi kalau kemudian saya membandingkan diri saya dengan jutaan orang diluar sana yang setengah mati berusaha untuk sekedar mencoba mendapatkan pekerjaan yang layak, saya sangat bersyukur punya kemampuan dan pengetahuan spesifik yang bisa membuat saya mandiri untuk menjalani usaha sendiri.
Kuncinya: Jangan selalu melihat ke atas, masih banyak orang yang lebih tidak beruntung dari diri kita. Syukurilah apa yang sudah anda miliki pada saat ini. Ketika anda bisa mensyukuri apa yang anda miliki tanpa terlalu memikirkan apa yang anda tidak miliki, anda akan bisa merasa lebih bahagia.
2. Berkontribusi
Boleh dipercaya boleh tidak, tapi ketika anda membantu orang lain dengan tulus ikhlas, apa yang anda rasakan setelahnya? Saya tidak tahu dengan anda, tapi saya selalu merasakan kebahagiaan setiap kali bisa membantu orang lain semampu saya dengan tulus dan ikhlas.
Saya meyakini setiap orang yang ingin lebih bahagia bisa mencoba untuk berkontribusi lebih banyak bagi orang lain yang ada di sekitarnya. Bisa dalam bentuk uang, barang, ataupun tenaga dan pikiran. Memberikan kontribusi anda kepada orang lain yang lebih membutuhkan selain akan bisa membawa kebahagiaan bagi diri sendiri dan orang lain, juga akan bisa membawa karma yang baik untuk anda di masa yang akan datang.
Kuncinya: Ketika anda tidak hanya memikirkan diri sendiri, dan mau mengulurkan tangan untuk orang lain, Insya Allah anda akan bisa merasa lebih bahagia.
3. Mencoba Mengenali Diri Sendiri dengan Lebih Baik
Sebetulnya prihatin kalau mengetahui bahwa masih banyak orang yang tidak mengenali dirinya sendiri dengan baik. Mereka tidak tahu apa yang diinginkan, tidak tahu apa yang tidak diinginkan, dan parahnya lagi… tidak tahu pula hendak diarahkan kemana hidupnya yang singkat di dunia ini.
Salah satu cara menjadi lebih bahagia adalah dengan mencoba mulai mengenali diri melalui kontemplasi (apa ini bahasa mudahnya?) untuk menemukan makna hidup bagi dirinya sendiri.
Sebagai contohnya begini, bisa anda bayangkan ketika orang yang pada dasarnya tidak pandai berbicara kemudian disuruh untuk menjadi telemarketer, apakah dia akan berangkat setiap pagi ke kantor dengan perasaaan bahagia? Pastinya tidak, yang ada malah perasaan cemas dan stress membayangkan harus menelepon puluhan orang yang kadang memperlakukan telemarketer dengan kasar.
Tapi karena sampai sekarang masih banyak orang yang cuma bisa pasrah atau menyerah dengan keadaan, dan masih sedikit pula orang yang mau mengambil inisiatif untuk merenungkan kembali mengenai kelebihan dan kekurangan dirinya, serta mencoba menggali apa makna hidupnya, akhirnya kebahagiaan pun kian menjadi hal langka yang semakin sulit untuk ditemukan.
Kuncinya: Kenali diri anda dengan lebih baik, sekaligus tentukan misi hidup anda di dunia ini. Ketika anda sudah menemukan misi hidup anda dan berjuang sekuat tenaga untuk mewujudkan misi tersebut, kebahagiaan pasti bisa lebih mudah didapatkan dan dirasakan.
4. Pegang Kendali Hidup
Saya adalah salah satu orang yang secara gamblang berani mengatakan bahwa hidup anda tidak bisa dikendalikan oleh orang lain, andalah yang mengendalikan hidup anda. Kenapa? Alasannya sangat sederhana: karena itu adalah hidup anda, dan bukan hidup orang lain. Andalah yang akan menjalaninya seumur hidup anda, dan bukan orang lain yang akan menjalaninya.
Orang lain mungkin berhak untuk memberikan masukan-masukan dalam hidup anda, tapi kendali sepenuhnya ada di tangan anda. Banyak orang menjadi sulit untuk merasakan kebahagiaan ketika merasa tidak bisa menjadi dirinya sendiri dalam arti yang sesungguhnya. Setelah ditelusuri kembali kebelakang, ternyata itu adalah akibat dari tidak adanya kendali penuh dalam menentukan pilihan hidupnya.
Berapa banyak orang yang anda kenal yang dulunya memilih fakultas di universitas bukan karena pilihannya sendiri tapi karena pilihan orangtuanya, yang sebetulnya tidak sesuai dengan minat dan bakatnya? Itu hanya sekedar satu contoh, masih banyak contoh lainnya yang menunjukkan bahwa masih banyak orang yang tidak bisa atau bahkan tidak berani memegang penuh kendali hidupnya sendiri sampai usia dewasa.
Kuncinya: Mulailah berani bertanggung jawab atas segala konsekuensi dari setiap keputusan yang telah anda ambil dengan pertimbangan matang. Ketika anda berani mengemban segala konsekuensi, anda akan menjadi lebih percaya diri dan lebih bahagia dalam menjalani hidup yang memang sesuai dengan kehendak anda sendiri.
5. Beribadah
Tidak bisa dipungkiri, ibadah yang dilakukan dengan benar dan berkualitas pastinya bisa meningkatkan iman, dan tingkat keimanan ini juga dipercaya berbanding lurus dengan tingkat kebahagiaan. Semakin beriman seseorang pada Tuhan-nya, semakin besar pula potensi untuk merasa lebih bahagia dalam hidupnya.
Kuncinya: Tingkatkan kualitas ibadah. Dengan ibadah yang berkualitas, anda tidak hanya akan bisa menemui kebahagiaan di dunia, tapi juga kebahagiaan di akhirat kelak.
———
Ada diantara anda yang mungkin mempunyai kiat efektif lainnya untuk menjadi lebih bahagia?
Tuliskan di komentar ya? Siapa tahu kiat anda justru akan bisa lebih mudah diaplikasikan oleh para pembaca blog saya dibandingkan dengan lima kiat yang saya tuliskan diatas.
Quote of the Day:
“Success is not the key to happiness. Happiness is the key to success. If you love what you are doing, you will be successful.” by Albert Schweitzer
Kemas
May 20, 2009Sekedar tambahan di bagian beribadah, setelah berdoa dan berusaha sebaik mungkin, ada baiknya dilanjutkan dengan bertawakal, berserah diri kepada Yang Maha Kuasa. Karena apa yang terjadi selanjutnya merupakan kehendakNya, yang terbaik bagi kita. 🙂
Yunus Achmadi
August 20, 2009Saudaraku,bahagia itu ada pada kata:MEMEBERI DAN MELAYANI,sedangkan kecemasan itu ada pada kata:HARAP DAN INGIN.semakin anda bisa memberi dan berbuat sebanyak-banyaknya disitulah kebahagiaan akan menyertai.tapi jika anda berharap dan berkeinginan yang berhubungan dengan dunia dan manusia, maka selama itu pulalah kecemasan dan keresahan akan menyertai.manusia dan dunia serba berubah, bagaimana mungkin anda berharap kepada sesuatu yang tak tentu. harapan hanya pantas ditujukan kepada Zat yang maha tinggi penyempurna semua harapan makhluknya. ikhlas tanpa batas berbuat tanpa batas itulah kunci kebahagiaan anda.